Bali merupakan salah satu daerah yang memiliki berbagai kearifan lokal. Pengobatan tradisional dapat dilakukan mengacu pada lontar Usada Taru Pramana. Salah satu cara memperkenalkan kembali Usada Taru Pramana yaitu dengan memberikan penyuluhan terkait manfaat tanaman obat yang bisa digunakan dilingkup keluarga. Salah satu desa di Kecamatan Kintamani yang masih cukup kental pengobatan tradisional yaitu Desa Bunutin yang mana mayoritas memiliki lahan tegalan yang cukup luas. Namun pemanfaatannya sebagian besar digunakan sebagai lahan menanam padi, jeruk, kopi yang memiliki nilai jual cukup rendah karena dari panen langsung dijual kepada tengkulak yang datang langsung ke petani. Beberapa masyarakat ada yang memanfaatkan tanaman obat di beberapa tegalan mereka ataupun dilingkungan rumah seperti jahe merah, kunyit putih, sereh, daun piduh, kejibeling, bunga telang namun pemanfaatannya belum maksimal digunakan untuk pengobatan. Sebagian besar dari masyarakat bekerja sebagai petani. Desa ini merupakan salah satu penghasil buah jeruk di Bali, selain itu juga terdapat beberapa tanaman khas seperti kopi, alpokat, padi dan rumah-rumah disekitar juga memiliki tanaman obat keluarga.  Ibu-ibu PKK Desa Bunutin Kecamatan Kintamani yang berjumlah 78 orang. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Ibu PKK, masalah kesehatan juga cukup banyak terjadi karena jumlah masyarakat lanjut usia di desa ini cukup banyak dan selama ini masyarakat hanya mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter saja.

Adapun penyakit yang cukup banyak dialami masyarakat Desa Bunutin yaitu hipertensi, diabetes melitus, rematik, maag dan asam urat. Pada pengabdian ini yang dilakukan pada Hari Sabtu, 24 Februari 2024 yang dipandu oleh dosen Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik yaitu apt. Ni Nyoman Wahyu Udayani, S.Farm., M.Sc bersama tim. Adapun solusi yang ditawarkan kepada Mitra yaitu penyuluhan terkait manfaat tanaman obat keluarga serta cara pengolahannya menjadi produk sehingga dapat dijadikan alternatif pengobatan untuk masyarakat tersebut. Selain itu, pengetahuan ini dapat dijadikan wawasan tambahan bagi ibu-ibu PKK sehingga dapat dijadikan pilihan alternatif untuk menanam tanaman obat di tegalan mereka dan mampu mengolah hasil tersebut menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Adapun indikator yang dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan ini adalah menggunakan nilai pre-test dan post-test. Pembuatan pre-test dan post-test dilakukan untuk mengetahui pemahaman masyarakat terkait manfaat tanaman obat keluarga serta cara pengolahannya menjadi produk. Kegiatan ini diharapkan dapat terus berlanjut sehingga pemahaman masyarakat terus bertambah.