Kegiatan Penyuluhan “Pemanfaatan Tanaman Obat untuk Meningkatkan Imunitas Tubuh” untuk peserta didik Kelas XI SMK Farmasi Saraswati 3 Denpasar telah terlaksana pada Kamis, 19 Agustus 2021 secara daring menggunakan media zoom meeting dengan tautan https://us06web.zoom.us/j/81556599339?pwd=akpxdlROZWZtVVRDR25WWTZ0Y2hZUT09, meeting ID: 815 5659 9339 dan passcode: 603576. Jumlah peserta yang hadir 53 orang dari 68 orang peserta target, ini menunjukkan antusias peserta cukup tinggi untuk mengikuti kegiatan. Sebagian besar peserta (84,9%) berjenis kelamin perempuan dengan umur rata-rata 16 tahun. Remaja pada usia ini (15-19 tahun) merupakan peringkat tiga kelompok umur dengan populasi tertinggi yakni mencapai 8,26% dari penduduk Indonesia (BPS, 2020). Remaja umur 16-18 tahun merupakan individu yang sudah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa, memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, energi dan emosi yang menggebu-gebu, sangat aktif bergaul sdan membentuk kelompok social baru (Herlina, 2013). Kelompok umur ini sangat potensial menjadi agen penyebaran informasi kepada remaja seumuran.

Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh hasil penelitian Septiadi, Maulyda dan Widodo (2020) terkait penggunaan tanaman obat di masa pandemi Covid-19 yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2020 yang menyimpulkan ketertarikan generasi milenial menggunakan obat herbal tinggi tetapi tingkat literasinya terkait tanaman obat rendah. Dari hasil penelitian tersebut ada potensi kesalahan penggunaan tanaman obat di kalangan generasi milenial. Peserta didik SMK Farmasi dipilih sebagai target penyuluhan karena kelompok remaja ini dinilai memiliki minat/ketertarikan yang tinggi terhadap kesehatan khususnya obat. Dengan demikian diharapkan mereka mampu menangkap dengan baik informasi terkait pemanfaatan tanaman obat untuk meningkatkan imunitas tubuh dan menyebarkan informasi tersebut ke lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggal, khususnya remaja.

Materi penyuluhan meliputi sistem imun, obat tradisional, tanaman obat yang terbukti memiliki efek imunistimulan dan cara pengolahan obat tradisional. Hasil pre test menunjukkan 51,5% peserta mampu menjawab seluruh pertanyaan dengan rincian 70,4% mampu menjawab pertanyaan terkait system imun, 13,2% mampu menjawab pertanyaan terkait obat tradisional dan 66,0% mampu menjawab pertanyaan terkait tanaman obat yang terbukti memiliki efek imunostimulan dan cara pengolahannya. Data dini menunjukkan tingkat pengetahuan peserta secara keseluruhan cukup dan pengetahuan terkait system imun dan tanaman obat yang memiliki efek imunostimulan dan pengolahannya masuk kategori baik, sedangkan pengetahuan peserta terkait obat tradisional tergolong kurang. Setelah dilakukan penyuluhan tingkat pengetahuan peserta meningkat, yakni penguasaan

pengetahuan secara keseluruhan menjadi 80,9% dan tergolong baik sekali, penguasaan pengetahuan terkait sistem imun dan tanaman obat yang terbukti memiliki efek imunostimulan serta pengolahannya berturut-turut adalah 91,8% dan 86,8% dan masuk kategori sangat baik. Tetapi pengetahuan peserta terkait obat tradisional pada akhir penyuluhan tergolong cukup yakni sebesar 62,3%. Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah pertanyaan terkait obat tradisional sangat terbatas yakni hanya dua pertanyaan.

Hasil uji normalitas data tingkat pengetahuan peserta menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukan data tidak terdistribusi normal (p<0,05), sehingga untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan peserta sebelum dan setelah penyusuluhan dilakukan uji non parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test. Hasil uji beda dengan Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan tingkat pengetahuan peserta terkait system imun, obat tradisional, tanaman obat yang terbukti memiliki efek imunostimulan dan pengolahannya, serta pengetahuan secara keseluruhan sebelum dan setelah diberikan penyuluhan berbeda bermakna (p<0,05). Hasil ini menunjukkan penyuluhan yang diberikan mampu meningkatkan tingkat pengetahuan peserta terkait system imun, obat tradisional, tanaman obat yang terbukti memiliki efek imunostimulan serta pengolahannya.

Mengingat obat tradisional merupakan warisan leluhur yang tidak ternilai harganya dan memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan masyarakat khususnya masyarakat di pedesaan, maka pemberian edukasi dan promosi obat tradisional kepada generasi muda penting dilakukan secara terus menerus sebagai salah satu upaya pelestarian dan pengembangan obat tradisional.